Maret 2019

Sabtu, 30 Maret 2019

Tugas 4 (Translate to Indonesia)



TRUST ON NEW INFORMATION SYSTEM TECHNOLOGY IN INDIVIDUAL PERFORMANCE EVALUATION



ABSTRACT

Growth of information system require to be supported by many expected factors that can give successfulness of itself information system which is mirror through satisfaction information system’s user. One of the way so that business organization can competing with using information system and  information technology are fourth resources after human resource, money resource, and important machine resource in organization / company.  Prior Research  tested component of duty, individual and technological and their interaction of mentioned to impact evaluate user without measuring relation evaluate user to other research and performance put into individual performance variable with result evaluate  user have relation which are positive significant to improvement of individual performance. Researcher here only trying to check level of reliance  to new information technology in evaluating individual performance and  still use model of Goodhue and Irwansyah  with only using technological variable and individual performance and add one variable reliance level.  This research  examines technological relation of new information system to  user’s individual performance of new information system as model before (Goodhue, 1995) and see level of reliance to information system technology will improve individual performance.  This Research result indicate that reliance to technological and new information system of new information system to improvement of individual performance show result which are positive. Addition of trust variable to new information system  more improve user’s  individual performance. Result of this research can become consideration for organization / company that adjusment of technology of new information system along with existence of reliance of user to system of new information  can improve user’s individual performance so that yielded output can optimal for organization / company. 



KEPERCAYAAN TERHADAP TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI BARU DALAM EVALUASI  KINERJA INDIVIDUAL



ABSTRAK

Pertumbuhan sistem informasi perlu didukung oleh banyak faktor yang diharapkan yang dapat memberikan kesuksesan sistem informasi itu sendiri yang tercermin melalui pengguna sistem informasi kepuasan. Salah satu cara agar organisasi bisnis dapat bersaing dengan menggunakan sistem informasi dan teknologi informasi adalah sumber daya keempat setelah sumber daya manusia, sumber daya uang, dan sumber daya mesin yang penting dalam organisasi / perusahaan. Penelitian terdahulu menguji komponen tugas, individu dan teknologi serta interaksinya yang disebut dengan pengguna evaluasi dampak tanpa mengukur hubungan pengguna evaluasi dengan penelitian lain dan kinerja dimasukkan ke dalam variabel kinerja individu dengan hasil pengguna evaluasi memiliki hubungan yang positif signifikan terhadap peningkatan kinerja individu. Peneliti di sini hanya mencoba mengecek tingkat ketergantungan pada teknologi informasi baru dalam mengevaluasi kinerja individu dan masih menggunakan model Goodhue dan Irwansyah dengan hanya menggunakan variabel teknologi dan kinerja individu serta menambah satu tingkat ketergantungan. Penelitian ini menguji hubungan teknologi sistem informasi baru dengan kinerja individu dari sistem informasi baru sebagai model sebelumnya (Goodhue, 1995) dan melihat tingkat ketergantungan pada teknologi sistem informasi akan meningkatkan kinerja individu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketergantungan pada teknologi dan sistem informasi baru dari sistem informasi baru untuk peningkatan kinerja individu menunjukkan hasil yang positif. Penambahan variabel kepercayaan ke sistem informasi baru lebih meningkatkan kinerja individu pengguna. Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi organisasi / perusahaan bahwa penyesuaian teknologi sistem informasi baru serta adanya ketergantungan pengguna terhadap sistem informasi baru dapat meningkatkan kinerja individu pengguna sehingga output yang dihasilkan dapat optimal bagi organisasi / perusahaan.  


Senin, 25 Maret 2019

Materi Bahasa Indonesia (Pertemuan ke-2)



KONSEP DASAR BAHASA INDONESIA



A.     DEFINISI BAHASA DAN FUNGSI BAHASA

Bahasa adalah alat komunikasi. Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia, bukan bunyi yang dihasilkan alat lain. Oleh sebab itu, bahasa itu manusiawi, artinya hanya manusia yang mampu menghasilkan bahasa.

Fungsi Bahasa :

1.     Fungsi utama bahasa adalah alat komunikasi (fungsi yang lain adalah sebagai fungsi ekspresif, fungsi estetis, fungsi informatif, fungsi khayalan/imajiner, dan fungsi emosional

2.     Dalam kegiatan ilmiah bahasa memiliki fungsi utama sebagai media komunikasi, ekspresif (produktif), informatif, dan reseptif.


B.     Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

Dalam kedudukannya sebagai bahasa Nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai:

1.     lambang kebanggaan nasional

2.     lambang identitas nasional

3.     bahasa persatuan berbagai suku bangsa yang memiliki latar belakang bahasa dan budaya yang berbeda

4.     bahasa perhubungan antara berbagai wilayah di nusantara.

Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia memiliki berbagai fungsi:

1.     sebagai bahasa resmi negara

2.     sebagai bahasa pengantar di dunia pendidikan

3.     sebagai bahasa perhubungan dalam hal mewujudkan kepentingan nasional

4.     sebagai bahasa pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya.


C.     Ragam Bahasa Indonesia


1.     Berdasarkan suasana: ragam bahasa resmi dan ragam bahasa nonresmi

2.     Berdasarkan penggunaan: bahasa yang baik dan bahasa yang benar

3.     Berdasarkan kebakuan: ragam bahasa baku dan ragam bahasa nonbaku

4.     Berdasarkan bidang penggunaan: ragam bahasa ilmiah dan ragam bahasa nonilmiah.


D.    Bahasa Indonesia yang Baik dan yang Benar

Penggunaan bahasa yang benar (baku) adalah penggunaan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.

Kaidah ini meliputi:

1.     aspek tata bunyi (fonologi)

2.     tata bahasa (kata dan kalimat)

3.     kosakata (termasuk istilah)

4.     ejaan

5.     makna

6.     kelogisan.

Penggunaan bahasa yang baik terlihat dari penggunaan kalimat-kalimat yang efektif, yaitu kalimat-kalimat yang dapat menyampaikan pesan/informasi secara tepat.

Kriteria penggunaan bahasa yang baik bertalian dengan:

1.     topik yang dibicarakan

2.     tujuan pembicaraan

3.     lawan bicara atau pembaca

4.     tempat

5.     waktu pembicaraan.


Kesalahan Umum Berbahasa Indonesia

Dalam pemakaian bahasa Indonesia, termasuk bahasa Indonesia ragam ilmiah, sering dijumpai penyimpangan dari kaidah yang berlaku sehingga mempengaruhi kejelasan pesan yang disampaikan. Penyimpangan/kesalahan umum dalam berbahasa Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

1.     Hiperkorek

Hiperkorek adalah kesalahan berbahasa karena “membetulkan” bentuk yang sudah benar sehingga menjadi salah. 

Contoh:

Utang              (betul)             menjadi          hutang (hiperkorek)

pigura             (betul)             menjadi          figura  (hiperkorek)

jadwal             (betul)             menjadi           jadual  (hiperkorek)

asas                 (betul)             menjadi           azas     (hiperkorek)

Ijazah              (betul)             menjadi          ijasah  (hiperkorek)

Izin                  (betul)             menjadi          ijin       (hiperkorek)

Zaman             (betul)             menjadi          jaman (hiperkorek)

khawatir          (betul)             menjadi           kuatir   (hiperkorek)

2.     Pleonasme

Pleonasme adalah kesalahan berbahasa karena kelebihan dalam pemakaian kata yang sebenarnya tidak diperlukan.

Pleonasme ada tiga macam

a.     Penggunaan dua kata yang bersinonim dalam satu kelompok kata

terjadi sejak April                        (benar)

terjadi mulai April                       (benar)

mulai terjadi sejak April              (pleonasme)


b.     Bentuk jamak dinyatakan dua kali

kasus-kasus                                 (benar)

kumpulan kasus                           (benar)

kumpulan kasus-kasus                (pleonasme)                 

tarik-menarik                              (benar)

saling menarik                             (benar)

saling tarik-menarik                     (pleonasme)



c.      Penggunaan kata tugas (keterangan) yang tidak diperlukan karena pernyataannya sudah cukup jelas

                 Contoh:

                 Teknologi telekomunikasi semakin maju ke depan.


3.     Kontaminasi

Istilah kontaminasi dipungut dari bahasa Inggris  contamination(pencemaran). Dalam ilmu bahasa, kata itu diterjemahkan dengan ‘kerancuan’. Rancu artinya ‘kacau’ dan kerancuan artinya ‘kekacauan’.

Contoh kontaminasi imbuhan:

(meng+kesamping+kan)                 mengesampingkan     (benar)

(men+samping+kan)                       menyampingkan         (benar)

                                                                       

                                                            mengenyampingkan

                                                            (kontaminasi)


Contoh kontaminasi frasa:

Kadang-kadang                       (benar)

Ada kala(nya)                         (benar)

Kadang kala                             (kontaminasi)

Berulang-ulang                       (benar)

Berkali-kali                              (benar)

Berulang kali                           (kontaminasi)


4.     Perombakan Bentuk Pasif

a.     Penghilangan awalan di- untuk bentuk pasif yang seharusnya menggunakan awalan di-

Contoh:

Praktik kerja lapangan ini mahasiswa semester enam lakukan. (tidak baku)   

Praktik kerja lapangan ini dilakukan oleh mahasiswa semester enam. (baku)



b.     Penyisipan kata di antara dua kata dari sebuah frasa terikat

Contoh:

Pustaka itu peneliti akan rujuk.   (tidak baku)

Pustaka itu akan peneliti rujuk.   (baku)


5.     Kesalahan berbahasa yang berhubungan dengan        pemakaian kata tugas

a.     Ketidaktepatan kata tugas yang digunakan

Contoh:

Hipotesis daripada penelitian ini terbukti.         (tidak   tepat)

Hipotesis penelitian ini terbukti.                        (baku)


b.     Pemakaian kata tugas yang tidak diperlukan

Contoh:

Dalam penyusunan makalah ini dibantu oleh berbagai pihak. (tidak baku)

Penyusunan makalah ini dibantu oleh berbagai pihak.              (baku)


6.     Pengaruh bahasa daerah

Pengaruh bahasa daerah yang menimbulkan kesalahan dalam berbahasa Indonesia ada dua macam.


a.     Pengaruh dalam pembentukan kata, yaitu pemakaian awalan ke- (yang seharusnya awalan ter- ) dan penghilangan imbuhan.

Contoh pemakaian awalan ke- :

kepakai, kesusun, keuji                (tidak baku)

terpakai, tersusun, teruji             (baku)


Contoh penghilangan imbuhan:

Hasil penelitiannya beda dengan hasil penelitian saya.             (tidak baku)

Hasil penelitiannya berbeda dengan hasil penelitian saya.        (baku)
    

Data itu dipindah ke komputer lain.       (tidak baku)

Data itu dipindahkan ke komputer lain. (baku)

b.     Pengaruh dalam susunan kalimat, penggunaan akhiran –nya

Contoh:

Lulusannya IT Telkom sangat diminati.  (tidak baku)

Lulusan IT Telkom sangat diminati.        (baku)


7.     Pengaruh bahasa asing

Pengaruh bahasa asing yang menimbulkan kesalahan dalam berbahasa Indonesia ialah pemakaian kata      tugas   (kata ganti       penghubung) seperti: yang mana, dimana, kepada siapa.


Contoh:

Instrumen yang mana baru disusun, telah disetujui pembimbing. (tidak baku)

Instrumen yang baru disusun, telah disetujui pembimbing. (baku)

Perusahaan seluler dimana penelitian ini dilakukan memiliki tim pengontrol kualitas yang handal. (tidak baku)

Perusahaan seluler tempat penelitian ini dilakukan memiliki tim pengontrol kualitas yang handal.(baku)


Tugas 3 ( Google Scholar )


Angkutan Massal sebagai Alternatif Mengatasi Persoalan Kemacetan Lalu-lintas Kota Surabaya

Abstract


Penggunaan angkutan pribadi yang cukup tinggi di kota Surabaya (yang) merupakan salah satu penyebab kemacetan utama lalu lintas. Jumlah angkutan pribadi yang beroperasi adalah 60,48% mobil pribadi, dan 22,35% sepeda motor serta mobil penumpang umum (MPU) sebesar 2,64%. Rasio perbandingan antara pemakaian angkutan umum (mobil angkutan penumpang umum/MPU dan bus besar) dan mobil angkutan pribadi adalah 1 : 27. Tujuan yang ingin dicapai dalam tulisan ini adalah untuk mengetahui peran-an(hilangkan imbuhan -an) (serta)*ubah dengan "dan"  pemilihan jenis angkutan massal yang tepat dalam rangka ("USAha untuk"*tidak perlu di tulis) menekan tingkat kemacetan lalu lintas di kota Surabaya. Jenis angkutan umum yang dominan beroperasi di Surabaya adalah Mobil Penumpang Umum (MPU) yaitu mikrolet dan sejenisnya dengan kapasitas tempat duduk 10-11 orang sebanyak 2,64% kemudian (disusul)*ubah dengan "diikuti" oleh angkutan umum bus besar sebesar 0,36%. Beberapa alternatif angkutan massal yang bisa digunakan untuk mengurangi penggunaan angkutan pribadi di dalam USAha (usaha) menekan tingkat kemacetan lalu lintas antara lain penggunaan pengoperasian Kereta Api Komuter (sementara beroperasi), pembuatan Jalur Bus Khusus (Busway), Monorail. 

Text Asli
Penggunaan angkutan pribadi yang cukup tinggi di kota Surabaya merupakan salah satu penyebab kemacetan utama lalu lintas. Jumlah angkutan pribadi yang beroperasi adalah 60,48% mobil pribadi, dan 22,35% sepeda motor serta mobil penumpang umum (MPU) sebesar 2,64%. Rasio perbandingan antara pemakaian angkutan umum (mobil angkutan penumpang umum/MPU dan bus besar) dan mobil angkutan pribadi adalah 1 : 27. Tujuan yang ingin dicapai dalam tulisan ini adalah untuk mengetahui peranan serta pemilihan jenis angkutan massal yang tepat dalam rangka USAha untuk menekan tingkat kemacetan lalu lintas di kota Surabaya. Jenis angkutan umum yang dominan beroperasi di Surabaya adalah Mobil Penumpang Umum (MPU) yaitu mikrolet dan sejenisnya dengan kapasitas tempat duduk 10 –11 orang sebanyak 2,64% kemudian disusul oleh angkutan umum bus besar sebesar 0,36%. Beberapa alternatif angkutan massal yang bisa digunakan untuk mengurangi penggunaan angkutan pribadi di dalam USAha menekan tingkat kemacetan lalu lintas antara lain penggunaan pengoperasian Kereta Api Komuter (sementara beroperasi), pembuatan Jalur Bus Khusus (Busway), Monorail.

Jumat, 15 Maret 2019

Proposal ( Tugas 2 )



Topik : 
Jangkauan Sinyal WiFi melewati Dinding Beton

Alasannya : 
Salah satu faktor yang menentukan pilhan kita dalam menggunakan wireless atau wi-fi adalah jangkauan sinyal dari sebuah perangkat wifi access point menuju ke wireless klien.

Jangkauan sinyal sebuah wireless klien ditentukan oleh faktor utama, yaitu jenis frekuensi yang digunakan atau pada frekuensi berapa wi-fi tersebut beroperasi.

Berdasarkan pada standar internasional bahwa frekuensi wifi yang digunakan adalah 2,4 GHz dan 5 GHz, dengan standar frekuensi ini maka kita bisa menentukan mana yang kita butuhkan dengan mempertimbangkan seberapa jauh jangkaun wifi access point router yang digunakan nanti.

Selasa, 12 Maret 2019

5 Kesalahan dalam Berbahasa Indonesia



Bahasa Indonesia adalah bahasa ibu bagi bangsa ini. Kita sudah gunakan setiap harinya, baik dari segi tulisan maupun ucapan. Tapi, meskipun bahasa ini sudah kita gunakan dari sejak lahir, masih ada saja lho kesalahan dalam penulisan kosakata bahasa Indonesia untuk orang Indonesia sendiri! Bahkan, kadang kita tidak menyadari kalau menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Akhirnya, malah semakin menyesatkan orang lain juga deh mengenai tulisan mana yang benar dan salah.

Hayo, coba cek deh siapa tahu penulisan kamu juga sering salah? Penulisan kosakata seperti apa saja sih yang seringkali salah tulis? Yuk, cek penulisan berikut ini!


1. Silahkan atau Silakan?



Silahkan atau silakan?


Kalau lagi datang ke suatu tempat, sering tidak sih melihat kalimat sapaan seperti “silahkan masuk”? Berhubung sering melihat tulisan seperti ini, kita pun jadi berasumsi bahwa tulisan yang tepat adalah silahkan. Kalau begini ceritanya, kamu harus koreksi nih karena tulisan yang tepat adalah silakan.
Alasannya, dalam KBBI tidak ditemukan kata dasar “silah” namun adanya kata “sila”. Kata “sila” itu sendiri memiliki artian sudilah kiranya, yaitu kata perintah yang halus.

2. Antri atau Antre?


Antri atau antre?

*lagi janjian sama teman*
“Bro, udah sampai mana? Udah berangkat belom?”
“Iya ini udah di stasiun kereta, lagi antri beli tiket dulu. Tunggu ya!”
Menurut kamu penulisan kata antri di pembicaraan tadi sudah tepat belum? Ya, cara penulisan ini juga salah dan yang tepat adalah antre. Meski seringkali kita temukan penulisan “mohon mengantri” di tempat umum seperti di halte, stasiun, atau tempat lainnya tetapi jangan sampai ikutan salah ya!

3. Sekedar atau Sekadar?


Sekedar atau sekadar?

Kalau sedang membuat tulisan, biasanya kamu lebih menulis kata sekedar atau sekadar? Untuk kamu yang sudah menggunakan kata sekadar, selamat kamu sudah tepat! Hehe. Menuliskan kata sekedar itu salah karena dalam KBBI tidak terdapat kata dasar "kedar" yang ada adalah "kadar" maka yang tepat adalah sekadar ya!

4. Dimana atau Di mana?



Dimana atau di mana?


“Kamu dimana? Dengan siapa? Semalam berbuat apa?”

Kalau kamu punya pacar yang posesif seperti ini pasti menyebalkan ya? Hehe. Coba selain sifatnya yang posesif ada lagi tidak hal yang menyebalkan lainnya? Yap, dia menuliskan kata dimana kurang tepat! Apabila kita merujuk dengan pedoman EYD (Ejaan yang Disempurnakan), setiap kata depan seperti di- dan ke-, harus ditulis terpisah jika menunjukkan tempat.

Jadi, kalau pacar kamu posesif kayak tadi, coba deh suruh dia koreksi dulu penulisan katanya, hehe.


5. Aktifitas atau Aktivitas?


Aktifitas atau aktivitas?

Nah, untuk penulisan kata ini ada pengecualian nih! Mungkin kamu sudah mengecek di kamus KBBI bahwa hanya menemukan kata dasar aktif jadi kamu menulisnya dengan tulisan aktifitas. Tapi yang benar sebetulnya adalah aktivitas lho!
Kenapa? Kita perlu ingat bahwa kosakata ini merupakan kata serapan dari bahasa asing. Di bahasa Indonesia, kata asing diserap baik dalam bentuk kata dasar maupun kata berimbuhan. Sesuai kaidah, imbuhan asing yang berakhiran -ity akan diserap bersama kata dasarnya. Maka dari itu, kata asing active tetap diserap menjadi aktif sedangkan untuk activity diserap menjadi aktivitas. Untuk contoh kata lainnya, misalnya seperti penulisan kata efektif dengan efektivitas.